Langsung ke konten utama

Sifat Parasit Tumbuhan Tali Putri

Tali Putri adalah tumbuhan parasit, kelangsungan hidup tali putri sangat bergantung pada tumbuhan lain. Tumbuhan ini tidak berakar dan tidak menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti halnya tumbuhan hijau daun. Ia hanya melilitkan sulurnya, lalu mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Sifat parasitnya sudah diperlihatkan sejak beberapa hari pertama dalam kehidupannya. Kantung makanan yang terdapat pada bijinya hanya cukup memberi makan selama beberapa hari saja dan memperpanjang batang hingga 4 inci atau 10 sentimeter. Karenanya, ketika tunas pertama kali muncul di tanah, tali putri hanya punya dua pilihan, diam tapi mati perlahan atau segera mencari tumbuhan inang untuk kemudian “menempel” tumbuhan tersebut. Dan, tali putri—secara alamiah—lebih mengambil pilihan kedua.

Yang jadi pertanyaan, bagaimana sebenarnya mekanisme tumbuhan tersebut dalam menentukan tumbuhan inang yang sesuai dengannya? Sejak lama, para ahli sudah tertarik dengan sifat tanaman unik ini. Umumnya para ahli menduga, tali putri mencari tumbuhan inang melalui mekanisme atau taktik “coba-coba”. Artinya, ketika ia menemukan satu jenis tumbuhan—apa pun jenis dan kondisinya—saat itulah ia menjadikan tumbuhan tersebut sebagai inangnya.

Namun, penelitian yang dilakukan para ahli di Pennsylvania State University, AS, memperlihatkan suatu temuan yang menarik. Rahasianya ada pada kemampuan tali putri dalam mengendus volatile atau sejenis zat kimia yang dihasilkan tumbuhan. Bau volatile itulah yang dijadikan “panduan” tali putri untuk bergerak ke arah tumbuhan bakal inangnya. Sebuah bentuk komunikasi mengagumkan dari dunia tumbuhan yang pernah diketahui. Setelah menempel, melilitkan sulurnya, mulailah tali putri mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang.
“Jika mereka bergerak ke arah yang salah, mereka akan mati,” kata Consuelo De Moraes, salah seorang peneliti dari Pennsylvania State University kepada LiveScience. Secara detail, temuan tersebut dimuat dalam jurnal Science edisi 29 September 2006. Temuan itu memperlihatkan untuk pertama kalinya diketahui tali putri bisa menjadi “chatter” tumbuhan lain. Temuan ini sekaligus memecahkan persoalan debat panjang selama beberapa dekade tentang fungsi dan keberadaan volatile—bahan kimia mudah menguap—dalam interaksi antara satu tumbuhan dengan tanaman lain.

Dalam sejumlah percobaan di laboratorium, sekira 80 persen tali putri tumbuh ke arah tanaman tomat. Ketika para peneliti mencoba “mengelabuhi” mereka dengan tanaman tomat tiruan dan kondisi pot yang kotor dan lembap, ternyata tali putri tidak terkecoh. Ia tidak bergerak seperti ketika ada tanaman tomat asli. Dalam percobaan lain, tunas tali putri ternyata mampu membedakan tanaman mana yang lebih baik untuk dijadikan inang, dalam hal ini ia lebih memilih tomat daripada gandum yang kurang sehat.

Ketika tanaman gandum ditempatkan di tengah-tengah antara tali putri dan tomat, tunasnya tidak langsung mengarah ke gandum, melainkan membuat gerakan melingkar menghindari gandum, untuk kemudian mengarah ke tomat. “Menurut saya, yang lebih menarik adalah mereka (tali putri) ternyata bisa membuat pilihan berdasarkan volatile. Mereka bisa menggunakan informasi tersebut untuk membedakan mana tanaman inang yang sehat dan yang sakit,” kata Moraes.

Melalui uji kimia diketahui, tumbuhan tali putri tertarik pada tiga bahan (gas) kimia yang dilepaskan tanaman tomat. Salah satu bahan kimia yang dihasilkan gandum ternyata malah mengusir dan tidak disukai tali putri. Para peneliti curiga, tali putri dilengkapi reseptor atau indera perasa yang peka terhadap rangsangan dan mampu mengendus tanaman inang.

Berdasarkan hasil penelitian ini, para peneliti tertantang untuk melakukan penelitian berikutnya, mengenai bagaimana tanaman inang berusaha mempertahankan dirinya dari serangan “si genit yang parasit” ini. Tentu saja, penelitian ini penting mengingat di negerinya Paman Sam, tali putri termasuk dalam daftar sepuluh jenis gulma liar yang merugikan sektor pertanian. Tali putri dikenal sebagai parasit yang sering menurunkan produksi tanaman tomat, wortel, dan alfalfa (pakan sapi dan kuda)

a

Popular Posts

close
Gabung Grup Facebook Kami