Langsung ke konten utama

Tahap Perkembangan Kognitif Remaja Berhubungan Dengan Kemampuan Problem Solving

Hubungan Antara Tahap Perkembangan Kognitif Remaja (Operational Formal) Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Kemampuan pemacahan masalah pada remaja tentunya harus diasah sejak kanak-kanak, karena hal ini sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam lingkungan mereka. Remaja pada masanya pasti akan mengalami masalah seperti kebanyakan remaja pada umumnya. Masalah remaja biasanya dihadapkan pada masalah atau konflik yang ada di dalam atau di luar dirinya seperti masalah fisik atau prestasi.
Kemampuan pemecahan masalah pada remaja dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah dipengaruhi oleh kemampuan kognitif remaja atau operasional formal. Dapat dilihat dari pengertian operasional formal bahwa remaja memiliki kemampuan dalam berfikir abstrak, membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotesis dan pemikiran ideal serta berfikir logis untuk menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji masalah secara sistematis (Santrock, 1995). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan kognitif bisa mempengaruhi sejauhmana seorang remaja mampu memecahkan secara efektif masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Remaja yang memiliki kemampuan kognitif lemah tentu saja kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya juga tidak efektif, karena ketika seorang remaja memiliki yang kognitif yang lemah bagaimana ia bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Menurut Santrock (1997) individu yang berfikir operasi formal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : berfikir abstrak, remaja berfikir lebih teoritis dari anak-anak seperti menghubungkan berbagai ide, pemikiran untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan, berfikir idelistis; remaja sering berfikir tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain dan dunia, berfikir logis; remaja mulai berfikir seperti ilmuwan yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah berfikir ini juga bisa disebut berfikir hipotetik deduktif.
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa remaja yang sudah pada tahap operasional formal dapat menghubungkan informasi, membuat ide atau gagasan dan memecahkan masalah yang terjadi dalam dirinya. Selain itu juga mereka berfikir seperti ilmuwan dan mengujinya secara sistematis. Misalnya ketika mengerjakan soal aljabar, menggunakan rumus yang sesuai dengan soal yang diberikan, remaja yang memiliki kemampuan kognitif operasional formal yang tinggi mampu mengerjakan dan memecahkan masalah tersebut dengan berusaha mencari cara-cara yang lebih cepat dalam pengerjaan dan hasilnya sama dengan jawaban yang disediakan.
Salah satu ciri individu yang berfikir operasional formal adalah berfikir hipotetik deduktif, Santrock (!995) mengatakan bahwa berfikir hipotetik deduktif adalah remaja yang memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik mengenai cara memecahkan masalah, kemudian mereka menarik kesimpulan secara sistematis atau menyimpulkan pola mana yang diterapkan dalam memecahkan masalah. Ciri lain yaitu berfikir fleksibel (Suparno, 2001) karena remaja dapat menghadapi persoalan dengan bermacam-macam cara dan perspektif, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah. Remaja tidak terpaku pada satu metode pemecahan, tetapi semua kemungkinan yang sudah dipikirkan dan dalam kenyataannya banyak remaja belum sampai pada tahap ini, karena remaja mengalami masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan tidak efektif bahkan merusak dan seharusnya remaja akan memikirkan dulu secara teoritik, mengidentifikasi masalah yang dialaminya, menyusun alternatif pemecahan masalah kemudian menganalisa masalahnya dengan penyelesaian hipotesis yang mungkin ada.
Penjelasan di atas dapat dilihat bahwa remaja seharusnya sudah pada tahap operasional formal dan mampu memecahkan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Stein & Book (2004), pemecahan masalah merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan merumuskan masalah serta menemukan dan menerapkan pemecahan yang tepat. Remaja yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik akan mencapai tujuan yang diinginkan yaitu remaja dapat memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Pemecahan masalah yang dikatakan efektif apabila sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, dan dikatakan efisien apabila menggunakan proses berfikir yang tepat dan rasional sesuai dengan masalah yang dihadapi (Levine, 1998). Sedangkan remaja yang mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan bersikap kritis terhadap segala macam realita hidup yang mereka hadapi. Remaja yang memiliki kemampuan memecahkan masalah yang rendah disebabkan adanya hambatan dalam diri remaja seperti hambatan emosional dan sosial (Chauhan, 1978).
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tahap perkembangan kognitif remaja bisa mempengaruhi sejauhmana seseorang mampu memecahkan masalah dalam hidupnya. Seseorang memiliki tahap perkembangan kognitif yang rendah maka kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki juga rendah. Karena ketika seorang remaja memiliki kemampuan kognitif yang rendah bagaimana remaja tersebut bisa memecahkan masalah yang dihadapinya.

Penelitian tentang operasi formal sudah pernah diteliti oleh Dale (dalam Woolfolk&Nicolich, 2004) menemukan bahwa lebih sedikit (kurang) dari 75% anak berusia 15 tahun dites mampu memecahkan masalah, dan peneliti lain seperti Kohlberg & Gilligan menemukan bahwa hanya 30-50% remaja berhasil mengkaji tugas operasi formal. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa remaja sebagian sudah menggunakan operasi formal untuk memecahkan masalah.

Dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki perkembangan kognitif yang kuat maka remaja tersebut akan efektif dalam kemampuan memecahkan masalah, maka peneliti ingin meneliti mengenai tahap perkembangan kognitif dengan kemampuan pemecahan masalah pada remaja.

Popular Posts

close
Gabung Grup Facebook Kami